a. Berdirinya Kerajaan Singasari dan perkembangan politik
Setelah berhasil mengalahkan Kertajaya, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari
dan berkuasa selama lebih kurang lima tahun, yaitu dari tahun 1222 sampai tahun
1227. Ken Arok tewas dibunuh seorang pengalasan pada tahun 1227 atas perintah
Anusapati. Anusapati adalah anak Tunggul Ametung dan Ken Dedes (anak tiri Ken
Arok). Ken Arok lalu didharmakan di Kagenengan dalam bangunan suci agama Syiwa
dan Buddha. Adapun Anusapati kemudian memerintah Singasari selama 21 tahun
(1224 – 1248).
Pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati
menimbulkan dendam putra Ken Arok dan
Ken Umang, yaitu Tohjoyo. Ia berusaha
membalas kematian ayahnya dan berhasil
membunuh Anusapati pada tahun 1248,
ketika keduanya tengah menyabung ayam.
Anusapati didharmakan di candi Kidal.
Tohjoyo naik takhta menjadi Raja Singasari,
namun hanya untuk beberapa bulan. Sebabnya
adalah Ranggawuni, putra Anusapati,
menyerang Keraton Singasari dibantu para
pengikutnya untuk membalas kematian
ayahnya. Dalam serangan tersebut, Tohjoyo
berhasil melarikan diri, namun kemudian
meninggal akibat luka-luka yang dideritanya
di Katung Lumbung.
Ranggawuni naik takhta menjadi Raja
Singasari dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana
dan memerintah dari tahun 1248
– 1268. Ia berusaha menghentikan usahausaha
balas dendam dengan memberi
jabatan-jabatan tertentu. Salah satunya
adalah mengangkat Mahisa Cempaka, putra Mahisa Wongatelang (Mahisa
Wongateleng adalah putra Ken Arok dan Ken Dedes), menjadi Ratu Angabahaya
dengan gelar Narasinghamurti. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat
anaknya yang bernama Kertanegara menjadi raja muda (Yuwaraja). Wisnuwardhana
meninggal pada tahun 1268 dan didharmakan sebagai Syiwa di Waleri dan sebagai
Buddha Amoghapasa di Jajagu atau candi Jago. Tidak lama kemudian, Mahisa
Cempaka juga meninggal dan didharmakan di Kumeper.
b. Masa pemerintahan Kertanegara
Kertanegara memerintah Singasari dari tahun 1268 hingga tahun 1292. Ia
merupakan raja terbesar Kerajaan Singasari. Setelah naik takhta, ia bergelar Sri
Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Ia memiliki gagasan besar di bidang politik dan
terkenal sebagai raja yang memiliki cita-cita meluaskan denah kekuasaan hingga
meliputi seluruh Nusantara.
Usaha-usaha Kertanegara untuk mencapai cita-citanya itu sebagai berikut.
1) Usaha di dalam negeri
a) Untuk memperlancar pemerintahannya, Kertanegara dibantu oleh tiga orang
mahamenteri, yaitu I Hino, I Sirikan, dan I Halu. Tugas mereka adalah
mengatur dan meneruskan perintah raja melalui tiga menteri pelaksana, yaitu
Rakryan Apatih, Rakryan Demung, dan Rakryan Kanuruhan.
b) Karena dipandang kurang mendukung gagasan raja, Mahapatih Raganatha
diganti oleh Aragani. Namun, agar tidak kecewa, Raganatha diangkat menjadi
adhyaka di Tumapel.
c) Karena dianggap masih punya hubungan erat dengan Kediri, Banyak Wide
diangkat menjadi Bupati Semenep (Madura) dengan gelar Arya Wiraraja.
d) Angkatan perang, baik prajurit darat maupun armada laut, diperkuat dengan
melengkapi peralatan dan persenjataannya.
e) Menumpas segala pemberontakan yang terjadi di dalam negeri, misalnya,
Pemberontakan Bhayaraja (1270) dan Pemberontakan Mahesa Rangkah (1280).
f) Mengajak kerja sama lawan-lawan politik, misalnya, Jayakatwang (keturunan
Raja Kediri) diangkat menjadi raja kecil di Kediri dan putranya, Ardharaja
dijadikan menantu Kertanegara.
g) Raden Wijaya, putra Mahisa Cempaka, juga dijadikan menantu.
h) Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari para pemuka agama, diangkatlah
seorang kepala agama Buddha dan seorang pendeta Mahabrahma sebagai
pendamping raja.
2) Usaha ke luar negeri
a) Setelah armada lautnya kuat, Kertanegara mulai melebarkan sayap ke luar
Jawa. Pertama-tama, Kertanegara ingin menguasai Sriwijaya. Pada tahun
1275, Kertanegara mengirimkan ekspedisi ke Melayu (Ekspedisi Pamalayu)
untuk menghidupkan kembali Kerajaan Melayu di Jambi agar dapat menyaingi
dan melemahkan Kerajaan Sriwijaya. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah
atau menahan gerak ekspansi prajurit Mongol yang dipimpin Kaisar Kublai
Khan.
b) Pada tahun 1284, Kertanegara mengirimkan ekspedisi ke Bali dan berhasil
menanamkan pengaruh dan kekuasaannya di sana.
c) Pada tahun 1286, Kertanegara mengirimkan sebuah Patung Amoghapasa
beserta 14 pengiringnya kepada Raja Melayu, Mauliwamadewa. Hal itu dimaksudkan
untuk mempererat dan memperkuat pertahanan Singasari – Melayu.
d) Menundukkan Jawa Barat (1289), Pahang di Melayu, dan Tanjungpura di
Kalimantan karena daerah-daerah ini sangat strategis untuk menghadang
ekspansi tentara Mongol.
e) Menjalin persahabatan dengan raja-raja di Semenanjung Malaka dan Indocina
dengan jalan mengawinkan putri Kertanegara dengan Raja Indocina.
Pada masa pemerintahan Kertanegara, di Singasari telah berkembang pusat agama
Buddha aliran Tantrayana. Hal ini terbukti dalam prasasti yang dituliskan pada lapik
(alas) "Jaka Dolok" yang ada di Taman Simpang Surabaya. Lapik tersebut menyebutkan
bahwa Kertanegara telah dinobatkan sebagai Jiwa atau Dhyani Buddha (Aksobhya).
Masa pemerintahan Kertanegara berakhir ketika Kertanegara dibunuh oleh Jayakatwang,
raja dari Kediri.
0 komentar:
Post a Comment