Friday, June 26, 2015

Penjelasan dan Konsep Dialek

Penjelasan dan Konsep Dialek



Dialek
     Awal mula bahasa digunakan oleh manusia sering menjadi bahan penelitian yang banyak dibahas. William A. Haviland mengatakan bahwa para ahli linguistik menemukan bahasa yang sungguh-sungguh primitif atau kuno. Bahasa tersebut adalah bahasa suku bangsa Arunta di Australia tengah. 

     Menjelang tahun 1930, bahasa tersebut menghadapi kepunahan. Bahasa yang sangat kuno tersebut hanya memiliki komponen yang sangat sederhana; yakni hanya memiliki tiga suara vokal. Ketiga suara vokal tersebut adalah a, i, dan u. Demikian pula konsonan yang dimilikinya hanya terdiri dari k, l, m, n, p, r, t, dan sy. Suku bangsa Arunta tidak memberi nama untuk seluruh objek.

     Kosakata yang dimiliki hanya merujuk pada nama aktivitas dan keadaan. Mereka juga tidak menggunakan preposisi atau konjungsi di dalam tutur mereka. Dengan bahasa tutur yang sangat sederhana tersebut, mereka memakai alat bantu visual dengan menggunakan 400 bentuk gerakan untuk membantu bahasa lisan.

     Berkaitan dengan bahasa lisan, Edward Callary mengatakan bahwa di dalam penggunaan bahasa, hasil tutur berkembang menjadi banyak variasi. Variasi bahasa dapat terjadi bergantung pada kebiasaan berbicara penutur bahasa. Variasi bahasa tersebut yang dinamakan dengan dialek. Dialek (dari bahasa Yunani äéÜëåêôïò, ”dialektos”), adalah varian-varian sebuah bahasa yang sama. Varian-varian ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan satu sama lain sehingga belum pantas disebut bahasa-bahasa yang berbeda.

     Dialek tidak hanya berkaitan dengan bahasa, namun juga berkaitan dengan fitur non-kebahasaan. Fitur non-kebahasaan tersebut adalah letak geografis, kelas sosial, usia, pekerjaan, dan gender. Pada dialek geografikal atau regional, terdapat beberapa dialek; yaitu dialek kelas, dialek usia, dan dialek gender.

     Sesungguhnya setiap penutur tidak hanya menggunakan satu dialek, melainkan banyak dialek. Dialek tersebut bergantung pada daerah penutur tinggal, usia penutur tersebut, dan jenis kelaminnya. Sebagai contoh, seorang perempuan berusia remaja berasal dari daerah Surabaya akan menggunakan dialek Jawa Timuran dan berbicara sesuai dengan tingkat usianya dengan menggunakan bahasa yang biasa digunakan remaja seusianya. Di samping itu juga menggunakan bahasa yang biasa dipakai para perempuan yang lebih feminin.

     Dialek akan semakin kuat terbentuk manakala setiap penutur saling berinteraksi pada satu daerah tuturan. Dialek tidak membuat bahasa menjadi berbeda pada satu daerah tuturan, melainkan menyeragamkan bunyi tuturan penuturnya. Interaksi sosial sangat berperan di dalamnya.

     Di samping dialek, setiap penutur memiliki warna suara yang berbeda-beda. Jarang sekali ada penutur yang memiliki warna suara yang benar-benar sama. Pada saat seorang penutur berbicara, tanpa dilihat pun sering dapat diterka sosok penutur tersebut. Itu disebabkan karena penutur tersebut memiliki warna suara yang khas yang dimilikinya. Di samping warna suara, juga gaya bahasa dan susunan kalimat yang digunakannya yang menjadi trade mark penuturnya. Hal tersebut yang dikenal dengan istilah idiolek.

     Sumarsono (2007:24) menyebutkan bahwa ciri yang paling tepat untuk dialek adalah ciri sejarah dan ciri homogenitas. Yang dimaksud dengan ciri sejarah adalah adanya data dan fakta sejarah yang membuktikan bahwa sebuah bahasa ‘X’ berbeda dengan bahasa ‘Y’. Ciri homogenitas adalah adanya kesamaan unsur-unsur bahasa tertentu. Para ahli dialektologi membuktikan bahwa ‘X’ dan ‘Y’ merupakan dua bahasa, dua dialek, dua subdialek, atau hanya merupakan variasi dengan cara mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaan kurang dari 20 %, ‘X’ dan ‘Y’ adalah dua bahasa yang berbeda. Akan tetapi, jika kosakata yang sama 40-60%, X’ dan ‘Y’ merupakan dua dialek, dan jika mencapai 90% jelas keduanya hanya dua variasi saja dari sebuah bahasa.

Jenis Dialek

     Berdasarkan pemakaian bahasa, dialek dibedakan menjadi berikut

  1. Dialek regional: varian bahasa yang dipakai di daerah tertentu. Misalnya, bahasa Indonesia dialek Ambon, dialek Jakarta, atau dialek Medan.
  2. Dialek sosial: dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai strata sosial tertentu. Misalnya, dialek remaja.
  3. Dialek temporal, yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. Misalnya, dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
  4. Idiolek, keseluruhan ciri bahasa seseorang yang khas pribadi dalam lafal, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.

Contoh Dialek

1.Dialek jawa Surabaya dan Dialek jawa Malang-an.

Dialek jawa Surabaya: jeketek (sesuatu yang terjadi diluar pikiran/ oalah...)
                                     Matek (mati, meninggal)                    
Dialek jawa Malang: nggletek(sesuatu yang terjadi diluar pikiran/ oalah...)
                                 Mati (mati, meninggal)

2.Dialek bahasa Inggris Amerika dan bahasa Inggris British.

British <==> American
Football <==> Soccer
Biscuit <==> Cookie
Toilet <==> Rest room
Shop <==> Store

3.Dialek bahasa Jepang  Kantou dan Dialek bahasa Jepang Kansai.

Bahasa Jepang Kantou: acchi (panas), sammi (dingin).
Bahasa Jepang Kansai: atsui (panas), samui (dingin).


     Sekian ulasan saya mengenai pengertian penjelasan dan konsep dialek, jenis-jenis dialek serta contoh dialek. Semoga bermanfaat.

0 komentar:

 

Copyright © ILMU KAULA Design by O Pregador | Powered by Blogger