Analisis Hubungan Investment Opportunity Set (Ios) Berdasarkan Nilai Pasar Dan Nilai Buku Dengan Realisasi Pertumbuhan : Sedikit sekali penelitian pasar modal yang diasosiasikan dengan struktur modal perusahaan, terutama dengan set peluang investasi. Kemudian muncul konsep baru dalam menilai suatu perusahaan dengan mengkombinasikan aset yang dimiliki dan opsi investasi di masa depan, yaitu konsep Investment Opportunity Set (IOS).
IOS merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa depan. Menurut Smith dan Watts (1992) dalam Hartono (2000) potensi pertumbuhan terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai kombinasi nilai set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set). Munculnya istilah IOS dikemukakan oleh Myers (1977) dalam Hartono (2000) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan.
Menurut Gaver dan Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.
Penelitian Kallapur dan Trombley ditindaklanjuti oleh Sami et al. pada tahun 1999, Tettet Fijrijanti dan Jogiyanto Hartono (2000) serta Adi Prasetyo pada tahun 2000. Tabel 1 menunjukkan daftar penelitian empiris mengenai IOS yang disajikan secara lengkap.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penting sekali menilai suatu perusahaan terutama mengenai struktur modalnya. Dari struktur modal tersebut kita dapat melihat nilai buku dan nilai pasarnya. Dari sinilah kita dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut bertumbuh atau tidak bertumbuh. Informasi ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.
Asosiasi antara IOS dan kinerja manajemen tercermin pada pertumbuhan nilai perusahaan yang dikelola manajemen (Subekti dan Kusuma, 2001). Realisasi pertumbuhan ini ditunjukkan melalui pertumbuhan nilai buku aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Utami, 2007). Nilai IOS suatu perusahaan juga mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan.
Dalam penelitian Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007), rasio yang diuji yaitu market to book value asset (MVABVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai perusahaan yang sedang bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya, market to book value of equity (MVEBVE) mencerminkan pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan ekuitasnya, price to earning (PER), capital expenditure to book value asset (CAPBVA) dan capital expenditure to market value of asset (CAPMVA).
Bertitik tolak dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rasio antara nilai buku dan nilai pasar saham dapat menunjukkan pertumbuhan suatu perusahaan. Perbandingan antara nilai buku dan nilai pasar saham dapat digunakan sebagai pengukur perusahaan yang bertumbuh (growth) dan dapat memberikan kesempatan pilihan-pilihan investasi di masa datang bagi investor. Harga pasar saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu, sedangkan nilai buku merupakan nilai yang dicatat oleh perusahaan (Hartono, 2003). Dengan demikian investor dapat memiliki kesempatan berinvestasi yang menguntungkan dengan cara menganalisis pertumbuhan suatu perusahaan yang terlihat dari nilai buku dan nilai pasar saham perusahaan.
Dari pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Sifatnya yang tidak dapat diobservasi menyebabkan IOS memerlukan sebuah proksi. Berbagai jenis proksi telah digunakan oleh banyak peneliti dalam studi empirisnya secara tidak seragam. Salah satu proksi IOS yaitu mengukur pertumbuhan perusahaan dengan memperbandingkan nilai pasar dan nilai buku saham. Menurut Hartono (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh memiliki rasio nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai buku sahamnya. Hal ini serupa dengan Charles P. Jones (1998) dalam Sari (2002) yang menyatakan bahwa rasio antara nilai pasar dan nilai buku saham perusahaan yang bertumbuh sama atau lebih dari satu.
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengertian IOS
Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007). Menurut Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007) pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present value positif. Menurut kedua penelitian tersebut, IOS juga dapat meningkatkan size perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities mampu menghasilkan net present value positif. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS merupakan nilai perusahaan yang besamya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.
Komponen nilai perusahaan yang merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang merupakan set kesempatan investasi Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS menunjukan opsi pertumbuhan bagi perusahaan. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada discretionary expenditure dari manajer (Myers, 1976 dalam Utami, 2007). Opsi pertumbuhan tersebut bisa berupa investasi tradisional atau discretionary expenditure yang diperlukan untuk kesuksesan perusahaan seperti penelitian dan pengembangan teknologi baru (Jones dan Sharma, 2001 dalam Utami, 2007).
Klasifikasi Proksi IOS
IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), oleh karena itu diperlukan proksi. Hal ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007), yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan. Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi set kesempatan investasi telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian. Proksi ini diklasifikasikan dalam tiga tipe (Gaver dan Gaver, 1993), yaitu
Proksi berdasarkan harga (price-based proxies)
IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva yang dimiliki (assets in place). Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut: market to book value of asset, market to book value of equity, tobin’s q, ratio of property, plant and equipment to firm value, earnings to price ratios, ratio of depreciation to firm value dan firm value to book value property, plant and equipment.
Proksi berdasarkan investasi (investment-based proxies)
Proksi berbasis investasi menunjukkan bahwa tingkat aktivitas investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi juga akan memiliki tingkatan investasi yang tinggi, yang dikonversi menjadi aset yang dimiliki. Bentuk dari proksi ini merupakan suatu rasio yang membandingkan suatu investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Proksi IOS berbasis investasi yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah rasio capital expenditure to book value asset, rasio capital expenditure to market value of assets, rasio investment to net sales, rasio investment to earnings.
Proksi berdasarkan varian (variance measures)
Proksi ini mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian, diantaranya: variance of returns, the variance of asset deflated sales, asset betas.
Smith dan Watts (1992) dan Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwaterdapat alternatif proksi gabungan sebagai upaya untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran yang terdapat pada proksi dengan rasio individual. Alternatif dari proksi gabungan yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan analisis sensitivitas dengan menggunakan common factor analysis.
Penggabungan dari beberapa alternatif proksi IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk set kesempatan investasi.
Adanya berbagai macam proksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa selalu ada proksi yang tidak dapat digunakan. Hal ini menyebabkan belum adanya kesepakatan tentang proksi yang dapat mewakili IOS dengan baik
Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 5 variabel proksi IOS yang dipakai oleh peneliti sebelumnya, yaitu; 1) rasio market to book value equity (MVE/BVE), 2) rasio market value to book value of assets (MVA/BVA), 3) rasio price to earning (PER), 4) rasio capital expenditure to assets book value (CAP/BVA), 5) rasio capital expenditure to assets market value (CAP/MVA).
Penggunaan nilai pasar dalam membentuk rasio IOS menurut Hartono (2000) sudah tepat karena nilai pasar dapat mengindikasikan adanya potensi kesempatan perusahaan untuk tumbuh dan berinvestasi di masa depan. Smith dan Watts (1992) dalam Utami (2007) menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki nilai rasio nilai pasar terhadap nilai bukunya yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio MVA/BVA dan MVE/BVE berkorelasi positif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007) juga menemukan bukti atas korelasi tersebut secara signifikan. Fijrijanti, Tettet, dan Hartono ( 2000) menunjukan arah korelasi positif antara rasio MVE/BVE dan MVA/BVA terhadap pertumbuhan aktiva secara konsisten.
Hasil penelitian Rokhiyati (2005) menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan sebesar 0,389 dan terhadap pertumbuhan ekuitas sebesar 0,708. Rasio MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas sebesar 0,667. Rasio CAPBVA terhadap pertumbuhan aset sebesar 0,377. Sedangkan hasil penelitian Utami (2007) menemukan bahwa MVE/BVE berkorelasi positif dengan pertumbuhan aktiva. Rasio MVA/BVA berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas.
Simpulan teori dan bukti empiris yang telah dipaparkan sebelumnya dapat menjadi acuan bahwa perusahaan yang berpotensi tumbuh mendapatkan respon positif dari pasar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh. Potensi pertumbuhan perusahaan ini dapat diketahui dari laporan keuangan. Oleh karena itu, saat publikasi laporan keuangan seharusnya pasar segera merespon informasi tersebut, kemudian menginterpretasi dan menganalisis informasi yang diterima lebih lanjut. Sehingga keputusan yang diambil tidak hanya cepat, namun memiliki nilai ekonomis dan keakuratan yang tinggi. Hal tersebut tergantung dari interpretasi investor terhadap informasi laporan keuangan.
Hipotesis
Atas dasar kerangka teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dan nilai buku saham.
H2 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan aktiva.
H3 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan ekuitas.
H4 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan penjualan.
H5 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan laba.
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia periode 2004 hingga 2006. Sumber data diperoleh dari (1) Indonesian Capital Market Directory 2004 - 2006 dan dari database BEI (www.jsx.co.id) (2) laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2004-2006. Didasarkan pada metode purposive sampling, dengan kriteria pemilihan:
- Perusahaan telah terdaftar di BEI minimal sejak Januari 2004. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang berusia minimal 3 tahun (sampai dengan tahun 2006).
- Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember berturut-turut selama periode 2004-2006. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam pengukuran variabel.
- Laporan keuangan perusahaan sampel tidak menunjukkan adanya saldo total ekuitas dan laba yang negatif selama periode 2004-2006. Penggunaan ekuitas dan laba negatif menyebabkan proksi-proksi IOS menjadi bias dan tidak bermakna.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, hanya sebanyak 53 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.
Operasionalisasi Variabel
a.. IOS berdasarkan nilai pasar dengan alternatif proksi harga:
MVE/BVE =
b. Perhitungan nilai buku per lembar saham yaitu:
NB/lb =
c. Variabel Realisasi Pertumbuhan Perusahaan
Masing-masing pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
1) Pertumbuhan Aktiva = [total aktiva tahun X - total aktiva tahun X-1 ]: [total aktiva tahun X-1]
2) Pertumbuhan Ekuitas = [total ekuitas tahun X - total ekuitas tahun X-1 ]: [total ekuitas tahun X-1 ]
3) Pertumbuhan Penjualan = [total penjualan neto tahun X - total penjualan neto tahun X-1] : [total penjualan neto X-1]
4) Pertumbuhan Laba = [laba X - laba X-1] : [laba X-1]
(Fijrijanti dkk 2000)
Alat Uji
a. Pengujian Hipotesis 1
Untuk menguji hipotesis 1 digunakan uji paired sample t-test pada tingkat keyakinan 95% dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika sig > 0.05 maka Ha ditolak.
2. Jika sig < 0.05 maka Ha diterima.
b. Pengujian Hipotesis 2, 3, 4, dan 5
Pengujian terhadap hipotesis 2, 3 ,4 dan 5 dilakukan menggunakan alat uji Pearson Correlation dengan tingkat keyakinan 99%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1. Jika sig < 0,01 maka Ha diterima.
2. Jika sig > 0,01 maka Ha ditolak
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Sedangkan realisasi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rata-rata total aktiva, ekuitas, panjualan, dan laba juga menunjukan hasil yang cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata dari masing-masing realisasi pertumbuhan yang bernilai positif.
Perhitungan Rasio Investment Opportunity Set (IOS)
Analisis IOS dalam penelitian ini dengan menggunakan salah satu bentuk proksi IOS yaitu hanya menggunakan sebuah rasio sebagai proksi IOS dalam menjalankan penelitian ini. Rasio yang digunakan yaitu perhitungan market to book value equity (MVE/BVE). Rumus MVE/BVE sebagai berikut :
MVE/BVE = (Jumlah lembar saham beredar X Harga Penutupan) Total Ekuitas
MVE/BVE sebagai nilai IOS dapat pula dihitung dengan cara membagi nilai pasar saham dengan nilai buku saham, sebagai berikut :
IOS = Nilai Pasar Saham
Nilai Buku Saham
Hasil Perhitungan MVE/BVE
Rasio dari market to book value of equity mencerminkan pasar yang menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku saham dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai bagaimana keadaan perusahaan tersebut, apakah termasuk dalam klasifikasi perusahaan bertumbuh (growth) atau perusahaan yang tidak bertumbuh (non growth).
Penelitian ini termasuk dalam jenis proksi IOS berdasarkan harga, yaitu percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang bertumbuh akan memiliki harga pasar saham yang lebih besar dari pada nilai buku sahamnya. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan yang menunjukan rasio MVE/BVE yang tinggi akan memiliki pertumbuhan ekuitas yang besar.
Perusahaan yang bertumbuh memiliki kebijakan yang berfokus pada pertumbuhan perusahaan. Porter (1980) dalam Utami (2007) menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Hal ini merupakan berita baik bagi investor, sehingga perusahaan bertumbuh akan direspon positif oleh pasar (Utami, 2007).
Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis 1
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara nilai pasar dan nilai buku sehingga perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku dapat digunakan sebagai proksi IOS. Pengujian hipotesis ke-1 dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan alat uji paired sample t-test pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisis (α) 5% dengan hasil pada tabel berikut ini.
Nilai sig (two-tailed) = 0,004 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa bukti empiris mendukung hipotesis 1, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai pasar dan nilai buku. Hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2002) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dan nilai buku sehingga perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku dapat digunakan sebagai proksi IOS yang valid. Informasi ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi dengan cara menganalisis pertumbuhan suatu perusahaan yang terlihat dari nilai buku dan nilai pasar saham perusahaan.
Pengujian Hipotesis 2
Pengujian hipotesis ke-2, 3, 4, dan 5 dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat uji one-tailed Pearson Correlation. Untuk pengujian hipotesis ke-2 penulis ingin menguji apakah terdapat korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan aktiva.
Pada hipotesis kedua nilai koefisien korelasi sebesar 0,382 dengan sig (one tailed) = 0,002 lebih kecil dari α = 0,01. Hasil pengujian ini menerima hipotesis 2, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan aktiva. Nilai korelasi sebesar 0,382 menunjukan hubungan korelasi yang cukup berarti. Sedangkan nilai korelasi positif menunjukan korelasi yang searah dimana kenaikan nilai IOS akan meningkatkan nilai realisasi pertumbuhan aktiva (Guilford, (1956:145) dalam Utami 2007). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Fijrijanti, Tettet, dan Jogiyanto Hartono ( 2000) yang menunjukan arah korelasi positif antara rasio MVE/BVE dan MVA/BVA terhadap pertumbuhan aktiva secara konsisten. Bukti penelitian ini mendukung teori yang dinyatakan oleh Gaver dan Gaver (1993) bahwa prospek pertumbuhan secara parsial dinyatakan dalam harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva yang dimiliki (assets in place). Sementara Myers (1976) dalam Utami (2007) menyatakan IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif.
Pengujian Hipotesis 3
Pada hipotesis ketiga nilai koefisien korelasi sebesar 0,558 dengan sig. (one tailed) = 0,000 lebih kecil dari α = 0,01. Hasil pengujian ini menerima hipotesis 3, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan ekuitas. Nilai korelasi sebesar 0,558 menunjukan hubungan korelasi yang kuat. Sedangkan nilai korelasi positif menunjukan korelasi yang searah dimana kenaikan nilai IOS akan meningkatkan nilai realisasi pertumbuhan ekuitas (Guilford, (1956:145) dalam Utami, 2007). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007) yang menemukan bukti atas korelasi tersebut secara signifikan. Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007) juga menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya dalam hal ini ekuitasnya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present value positif.
Pengujian Hipotesis 4
Pada hipotesis keempat nilai koefisien korelasi sebesar 0,404 dengan sig (one tailed) = 0,001 lebih kecil dari α = 0,01. Hasil pengujian ini menerima hipotesis 4, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan penjualan. Nilai korelasi sebesar 0,404 menunjukan hubungan korelasi yang cukup berarti. Sedangkan nilai korelasi positif menunjukan korelasi yang searah dimana kenaikan nilai IOS akan meningkatkan nilai realisasi pertumbuhan penjualan (Guilford, (1956:145) dalam Utami, 2007). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian rokhiyati (2005) yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh antara MVE/BVE terhadap pertumbuhan penjualan. Hal ini juga berarti bahwa investor sudah merespon informasi mengenai IOS dan realisasi pertumbuhan penjualan yang dapat menjadi indikator adanya kesempatan berinvestasi sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Adanya hubungan positif signifikan pada H2, H3, dan H4 tersebut menunjukkan bahwa rasio nilai pasar dan nilai buku tersebut memiliki akurasi yang tinggi dalam memprediksi pertumbuhan perusahaan.
Pengujian Hipotesis 5
Pada hipotesis kelima nilai koefisien korelasi hanya sebesar 0,112 dengan sig. (one tailed) = 0,213 lebih besar dari α = 0,01. Hasil pengujian ini menolak hipotesis 5, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan laba. Nilai korelasi sebesar 0,112 menunjukan hubungan korelasi yang lemah sekali (Guilford, (1956:145) dalam Utami, 2007). Tidak terjadinya korelasi signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan laba kemungkinan besar disebabkan oleh pembagian laba untuk dividen yang lebih besar dibandingkan pembagian laba untuk retained earning sehingga hanya sebagian kecil instrument dari laba yang digunakan untuk investasi. Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan memprioritaskan pendanaan kesempatan investasi dengan pembiayaan internal baru selanjutnya dengan pembiayaan eksternal (Keown et.al 1996: 555). Hal ini sejalan dengan contracting hypotheses yang menyebutkan bahwa pendanaan perusahaan bertumbuh lebih banyak bersumber dari internal yaitu laba ditahan, daripada faktor eksternal yaitu hutang dan pengeluaran saham.
Hasil pengujian ini juga mendukung pernyataan IAI bahwa investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
0 komentar:
Post a Comment