Antropologi
Sejarah Antropologi
Antropologi lahir, bermula dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang mereka kenal di Eropa. Pada sekitar Abad XV-XVI, bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba menjelajahi dunia: mulai dari Afrika, Amerika, Asia hingga Australia. Dari penjelajahan tersebut, orang-orang Eropa menjumpai suku-suku yang asing dimata mereka dan menuliskannya pada buku catatan perjalanan.
Catatan itu berisi ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, dan bahasa dari suku yang dijumpainya. Catatan perjalanan tersebut kemudian dikenal sebagai Etnografi atau deskripsi tentang suku-suku bangsa. Menurut Koentjaraningrat (1991), setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alasan sendiri-sendiri untuk menentukan kapan antropologi dimulai.
Dari sudut pandang "sejarah gagasan", tulisan-tulisan silsus, dan peziarah Yunani, sejarawan Arab kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisance, dan silsus, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya tradisi antropologi. Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya International Symposium on Anthropology pada tahun 1951
Simposium dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan Ero- Amerika dan Uni Soviet. Simposium ini menghasilkan buku antropologi berjudul “Anthropology Today” yang ditulis oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology Today” yang ditulis oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang dikarang oleh W.L. Thomas Jr. (1955), dan “Current Anthropology” yang diredaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956).
Ada pendapat bahwa Ilmu Antropologi sebagai cabang ilmu sosial yang relatif muda yang baru berkembang sejak Abad XX. Namun dilihat dari segi obyek ilmu yakni Manusia, maka sebenarnya Antropologi sudah dikenal sejak lama ketika manusia itu ada. Antropologi menitikberatkan studinya pada kelompok-kelompok manusia sehingga digolongkan ke dalam ilmu sosial.
Antropologi memandang manusia sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.
Pengertian Antropologi
Secara etimologi kata Antropologi berasal dari kata Yunani “Antropo” yang berarti manusia dan “logy” atau “logos”berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia. Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen (1954: 2), Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan semua apa yang dikerjakannya. Allan H Smith & John L Fischer mengatakan bahwa banyak ilmu sosial mempelajari manusia, ilmu antropologi berusaha untuk melihat manusia dengan segala kompleksitasnya, atau manusia dengan segala aspeknya.
A.J.F Kobben guru besar Antropologi universitas Amsterdam, membedakan antara dua golongan ahli Antropologi yaitu Comparativest dan non Comparativest. Kobben menyatakan kedua golongan ahli Antropologi itu penting demi kemajuan Antropologi, keduanya saling menunjang. Antropologi bertujuan mencapai pengertian mengenai tingkah laku mahluk manusia pada umumnya melalui beragam kebudayaan suku bangsa diseluruh dunia.
Antropolog India, Gopala Sarana (1975), Ilmu Antropologi sedikitnya ada empat macam penelitian komparatif :
- Penelitian untuk menyusun sejarah kebudayaan manusia secara inferensial;
- Penelitian untuk menggambarkan suatu proses perubahan kebudayaan;
- Penelitian untuk taxonomi kebudayaan;
- Penelitian untuk menguji korelasi antar unsur, pranata, gejala kebudayaan guna membuat generalisasi.
William A Haviland, Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. David Hunter, mendefenisikan bahwa Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
Pakar Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat memberikan batasan tentang Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari beragam defenisi para pakar Antropologi diatas, maka bisa ditarik batasan secara umum bahwa Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat pada suatu etnis tertentu. Bisa juga didefinisikan bahwa Antropologi adalah kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, yang berkembang maupun yang sudah punah.
Perhatian Antropologi pada bekas-bekas kebudayaan manusia zaman purba yang dijadikan dasar untuk mempelajari manusia jaman sekarang ini. Seabad yang lalu Antropologi hanya tertarik mempelajari kelompok-kelompok kecil masyarakat, suku-suku, kebudayaan, kampung- kampung serta minoritas, namun sekarang Antropologi telah lebih maju dengan mempelajari manusia dari berbagai segi atau sudut. Banyaknya kekhususan/cabang Antropologi tertentu.
Seabad lalu Antropologi hanya tertarik mempelajari kelompok-kelompok kecil masyarakat, suku, kebudayaan, kampung-kampung serta minoritas. Namun sekarang Antropologi telah lebih maju dengan mempelajari manusia dari berbagai segi atau sudut, baik yang telah maju maupun primitif.
Perkembangan Antropologi
Perkembangannya Antropologi dapat dibagi ke dalam empat fase:
- Fase pertama; pada awal tahun 1800-an negara-negara Eropa Barat melakukkan kolonialisasi atas negara– negara Afrika, Asia dan Amerika. Menurut pandangan orang Eropa bangsa-bangsa yang dijajah masih primitif, buas dan sering dikatakan bangsa-bangsa yang masih asli, yang belum mengalami perubahan dan kemajuan.
- Fase kedua: pada fase ini pertengahan abad 19 banyak ditemukan tulisan mengenai aneka warna kebudayaan dan tingkat evolusinya. Deskripsi mengenai suku bangsa di luar Eropa merupakan kebudayaan yang masih tradisional dan merupakan sisa kebudayaan kuno.
- Fase ketiga: pada awal abad ke 20 ilmu Antropologi mengalami kemajuan, ilmu Antropologi dipergunakan oleh bangsa Eropa untuk mempelajari adat-istiadat dan keabiasaan bangsa yang terjajah. Dengan mengetahui data tentang kebiasaan itu dapat dipergunakanlah untuk mempertahankan kolonialismenya di negara yang dijajah tersebut.
- Fase keempat: sesudah tahun 1930-an ilmu Antropologi mengalami perkembangan luar biasa, dipengaruhi oleh metode ilmiah dalam melakukan penelitian. Masyarakat terjajah mengalami perkembangan, maka Antropologi seakan mengalami kehilangan objek penelitian. Antropologi mengembangkan metode ilmiah terutama Perguruan Tinggi di Eropa dan Amerika, dan seluruh dunia.
Sekian ulasan saya mengenai sejarah antropologi, pengertian antropologi serta perkembangan antropologi. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment