A. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global atau global warming adalah suatu proses meningkatnya temperature rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Temperature rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 +/- 0,18 oC selama seratus tahun terakhir. International panel on climate change (IPPC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.
Meningkatnya temperature rat-rata permukaan dan atmosfer bumi mengakibatkan bumi terasa lebih panas dan pada siang hari kita merasakan panas yang berlebihan.
Pemanasan global berdampak pada banyaknya kerusakan di bumi, sangat membahayakan dan mengancam kehidupan di bumi.
B. Penyebab Pemanasan Global
1. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca ditemukan pertama kali oleh joseph fourier pada tahun 1824 merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus dan benda langit beratmosfer lainnya memilliki efek rumah kaca.
Segala sumber energy yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energy tersebut berupa radiasi gelombang pendek termasuk cahaya tampak. Ketika sampai dipermukaan bumi sebagian energy cahaya berubah menjadi energy kalor dan kalr yang tidak terserap dipantulkan kembali ke atmosfer. Sebagian energy yang terpantul ini berupa radiasi gelombang panjang pada spectrum infra merahke angkasa luar. Sebagian energy kalor tetap terperangkap dalam atmosfer bumi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca antara lain: CO2, CH4, SO2 dan sebagainya, yang menjadi perangkap radiasi energy ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi energy yang dipancarkan bumi dan akibatnya energy tersebut tersimpan di permukaan bumi dalam bentuk kalor atau panas. Hal ini terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata permukaan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebutr berfungsi sebagai kaca dan rumah kaca. Dengan meningkatnya gas-gas ini di atmosfer berdampak semakin banyak panas yang terperangkap dibawahnya.
Beberapa aktivitas manusia yang berdampak meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca adalah :
a. Konsentrasi energy bahan bakar fosil
Menurutdata dari departemen energy dan sumber daya mineral (2003), konsumsi bahan bakar fosil sebanyak 70% dari total konsumsi energy , listrik pada posisi kedua sebanyak 10% dari total konsumsi energy. Amerika serikat merupakan Negara dengan penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros dalam mengkonsumsi energy bahan bakar fosil, Indonesia termasuk Negara pengkonsumsi terbanyak di asia setelah cina, jepang, india dan korea selatan. Konsumsi energy yang besar ini dieroleh karena banyaknya penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya. Menurut Prof. Emil Salim, amerika serikat dengan jumlah 1,1 milyar penduduk mengemisikan 20 ton gas CO2 per orang per tahun. Cina dengan 1,3 milyar penduduk mengemisikan 1,2 ton gas CO2 per orang per tahun.
b. Sampah
Sampah menghasilkan gas metana (CH3) DIPERKIRAKAN 1 TON SAMPAH PADAT MENGHASILKAN 50 Kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapai kota-kota di Indonesia. Berdasarkan data dari kementerian negeri lingkungan hidup, pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 Kg /hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 1 Kg/hari. Disisi lain jumlah penduduk terus meningkat , sehingga diperkirakan 20 tahubn yang akan datang jumlah sampah yang dihasilkan penduduk perkotaan terus meningkat dan kemungkinan dapat mencapai 190ribu ton/tahun. Dengan demikian , sampah di perkotaaan merupakan sector yang sangat potensial mempercepat proses pemanasan global.
c. Kerusakan hutan
Salah satu fungsi tumbuhan /hutan adalah mengurangi gas rumah kaca di atmosfer melalui penyerapan gas karbondioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi gas oksigen (O2). Saat ini di Indonesia telah terjadi kerusakan hutan yang disebabkan oleh manusia. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaaran hutan dan perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal misalnya kelapa sawit. Kerusakan hutan yang lain dapat ditimbulkan pemegang pengusaha hutan (PPH). Penebangan hutan secara besar-besaran dan tidak segera dilakukan reboisasi semakin memperparah kerusakan hutan. Akibat kerusakan hutan adalah kurang optimalnya proses penyerapan gas karbondioksida.
d. Pertanian dan peternakan
Sawah-sawah yang tergenang mengakibatkan terjadinya pembusukan sisa-sisa pertanian, penggunaan pupuk serta pembusukan kotoran ternak menghasilkana gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N2O). disamping itu saat mengawali pengolahan sawah para petani melakukan pembakaran sisa-sisa tanaman sehingga dihasilkan gas CO2. Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca . Hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi secara alamiah akan melepaskan metana (CH4) dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan. Hasil penelitian para ilmuwan bahwa metana merupakan gas rumah kaca yang 23 kali lebih buruk daripda karbondioksida.
Limbah lain dari sector peternakan aadalah kotoran ternak. Kotoran ini mengandung senyawa Nitrogen Oksida (NO) yang 300 kali lebih berbahaya dibandingkan gas C02. Di Indonesia sector pertanian dan peternakan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca 8,05% dari total gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
2. Efek umpan balik
Analisis penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Contoh penguapan air. Proses peningkatan suhu atmosfer akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (C02) dan gas metana (CH4) mengakibatkan lebih banyak terjadi penguapan air ke atmosfer. Efek rumah kca yang dihasilkan penguapan air lebih besar jika dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan gas karbondioksida ataupun gas metana.
Efek umpan balik karena awan saat ini sedang menjadi obyek penelitian. Bila ditinjau dari posisi bawah, awan memantulkan kembali radiasi inframerah ke permukaan bumi, sehingga meningkatkan efek pemanasan global. Sebaliknya jika ditinjau dari posisi atasm awan akan memantulkan radiasi sinar matahari dan radiasi inframerah ke angkasa , sehingga meningkatkan pendinginan. Efek netto nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan masih berganntung pada beberapa factor seperti tipe dan ketinggian awan dari permukaan bumi.
Efek umpan balik yang lain adalah berkurangnya daya pantul bumi memantulkan cahaya (albedo) yang dikarenakan mencairnya es di kutub. Saat suhu global meningkat , es di daerah kutub akan mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Dalam waktu yang bersamaan pelelehan es daratan dan air di bawahnya menjadi terbuka. Oleh karena kemampuan daratan ataupun air memantulkan cahaya lebih rendah dibandingkan dengan es akibatnya daratan dan air lebih banyak menyerap radiasi sinar matahari. Semakin banyak radiasi sinar matahari terserap, semakin menambah pemanasan dan akibatnya semakin banyak es mencair. Selain itu es yang mencair jjuga melepas gas metana yang dapat juga menimbulkan umpan balik positif (menambah pemanasan)
C. Dampak Pemanasan Global
Para ilmuwan menggunakan model computer dari temperature, pola presipitasi dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut , para ilmuwan membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap temperature global, iklim, tinggi permukaaan air laut, pertanian, perikanan, kehutanan dan kesehatan masyarakat.
1. Kenaikan temperature global
Kenaikan temeratur global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga menambah volume dan menaikkan permukaan air laut, yag mengakibatkan berkurangnya luas permukaan daratan. Pulau-pulau kecil di daerah landai akan hilang. Naiknya prmukaan air laut juga berdampak menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching) dan punahnya berbagai ikan. Dampak lain adalah memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari merembesnya air laut, serta kerusakan infrastruktur perkotaan daerah pantai, akibat tergenang air laut.
2. Perubahan iklim
Para ilmuwan memprediksikan bahawa selama pemanasan global, di beberapa daerah musim tanam menjadi lebih panjang. Temperature udara pada musim dingin dan malam hari cenderung meningkat. Daerah ahngat akn menjadi lebih lembab karena lebih banyak terjadi penguapan air lautan.
Para ilmuwan belum begitu yakin dampak kelembaban udara terhadap pemanasan global, apakah kelembaban udara akan meningkatkan atau bahkan menurunkan temperaatur pemanaasan global. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.
Perubahan iklim akan mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa daerah terjadi peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar daerah aliran sungai (DAS) rterjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang semakina tajam. Hal ini mengakibatkan meningkatnya intensitas terjadinya banir atau kekeringan. Kondisi ini semakin parah apbila daya tamping sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi ataupun sedimentasi.
Pergeseran iklim dapat pula berdampak meningkatnya frekuensi badai. Selain itu air akan cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah menjadi lebih kering dari sebelumnya. Topan badai yang emperoleh kekuatan dari penguapan air semakin besar.
3. Kenaikan permukaan air laut
Kenaikan temperature global menyebabkan temperature air laut juga akan mengalami kenaikan sehingga volume menjadi bertambah dan menaikkan tinggi permukaaan laut. Pemanasan juga berdampak mencairkannya es di kutub utara dan selatan, sehingga memperbanyak volume dan menaikkan permukaan air laut lebih tinggi lagi, yang mengakibatkan berkurangnya luas daratan. Pulau-pulau kecil di daerah landai akan hilang. Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm selama abad ke 20, dan para ilmuwan IPPC memprediksi peningkatan lebih lanjut berkisar 9-88 cm pada abad ke 21.
Kenaikan permukaan laut sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Naiknya permukaan air laut berdampak menurunkan produksi tambak ikan udang serta terjadimya pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Dampak lain adalah memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari merembesnya air laut, serta kerusakan infrastruktur perkotaan di daerah pantai akibat tergenang air laut.
4. Pertanian
Pada umumnya semua bentuk sstem pertanian sensitive terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan pergeseran pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada pla pertanian misalnya keterlambatan masa tanam atau panen, kegagalan penanaman atau panen karena banjir, tanah longsor, atau kekeringan. Yang pada akhirnya berakibat terjadinya penurunan produksi pertanian.
Dampak pemanansan global di Indonesia terkait dengan perubahan iklim adalah terpengaruhnya ketahanan pangan nasional. Bahan-bahan pokkok terpaksa harus impor dari Negara lain.
5. Perikanan
Kenaikan temperature air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang dan selanjutnya matinya terumbu karang yang merupakan habitat berbagai jenis ikan. Temperature air laut yang meningkat juga memicu terjadinya migrasi berbagai jenis ikan yang sensitive terhadap perubahan suhu secara besar-besara menuju ke daerah yang lebih dingin. Fenomena matinya terumbu krang dan migrasi ikan merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan.
6. Kehutanan
Kenaikan temperature global berdampak pada kenaikan temperature di kawasan kekhutanan menyebabkan runput-rumput dan ranting mongering dan mudah terbakar. Kebakaran hutan menyebabkan punahnya berbagai keanekaraman hayati dan meningkatnya kadar CO2.
7. Kesehatan
Dampak pemanasan global pada sector kesehatan adadlah meingkatnya frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah), mewabahnya diare, penyakit leptospirosisatau kencing tikus dan penyakit kulit. Kenaikan temperature udara menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin cepat berkembang biak. Bencana banjir menyebabkan terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit kulit. Penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) kemungkinan muncu;l sebagai akibat dari polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik, kendaraan bermotor, dan kebakaran hutan.
D. Pengendalian Pemanasan Global
Pemanasan global dapat dikendalikan dengan berbagai cara dan kita dapat ikut berperan di dalamnya. Bagaimana caranya?
1. Jangan menebang pohon sembaranga;;;n
Pepohonan merupakan penyerap gas CO2 dan penghasil gas O2 terbesar di dunia. Setiap hari kita bernafas membutuhkan oksigen dan pepohonanlah yang setiap harinya menyediakan oksigen untuk kita. Semakin sedikit pepohonan semakin banyak gas CO2 di atmosfer bumi dan akibatnya membuat bumi semakin panas.
2. Melakuikan reboisasi
Banyak aktivitas manusia dengan merusak hutan hanyauntuk mencari keuntungan sesaat. Tanpa disadari hutan yang fungsinya sangat vital bagi kehidupan di bumidirusak oleh sebagian manusia yang tidak bertanggung jawab. Dengan reboisasi terhadap hutamn yang sudah gundul kita mencegah pemanasan global dan juga terjadinya banjir dan tanah longsor.
3. Menanm pohon di pekarangan rumah
Memanfaatkan tanah di pekarangan kosong dengan tanman hias dan tanaman lain yang memiliki daun hijau memiliki pptensi menyerap gas CO2dan CO dan dapat menghasilkan gas oksigen serta lingkungan pekarangan menjadi sejuk dan segar.
4. Menggunakan lampu hemat energy dan mematikan lampu di siang hari
Lampu hemat energy membantu penghematan energy listrik. Matikan lampu penerangan ruangan rumah di siang hari berpengaruh pada penggunaan energy listrik. Penggunaan energy listrik yang berlebihan berdampak pada pembakaran batubara atau BBM untuk mengtoperasikan pembangkit listrik. Pembakaran baatubara atau BBM menghasilkan gas CO2 yang berpotensi meningkatkan pemanasan global.
5. Kurangi penggunaaan kendaraan pribadi
Kendaraan berbahan bakra minyak mengeluarkan gas pembuangan berupa CO2 dan COdalam jumlah besargas-gas itu dapat menimbulkan efek rumah kaca yang akhirnya membuat pemanasan global semakin parah.
E. Persetujuan Internasional
Kerjasama internasiional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, World meteorological Organization (WMO) dan United Nation Programme (UNEP) didirikan Intergovermental Panel on Climate Change (IPPC) atau Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim untuk mengevaluasi resiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia.
Pada tahun 1992 pada Earth Summit di Rio de Jeneiro Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi gas rumah kaca dan setuju untuk menindaklanjutinya dalam perjanjian yang mengikat , bentuk kerjasamanya adalah diadakannya United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Menurut UNFCCC Negara-negara peserta sepakat untuk mengumpulkan data berbagai informasi tentang emisi gas rumah kaca. Meskipun perjanjian ini tidak mengikat secara hukum , tetapi banyak Negara melihat kesepakatan ini merupakan lanngkah penting sehingga berkomitmen menjalankannya.
Pada tahun 1997 di jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh industry dunia dan juga untuk mengatasi berbagai masalah akibat aktivitas manusia terhadap perubahan iklim. Protokol Kyoto mengikat secara hukum bagi Negara-negara pesertaa untuk mengurangi emisi karbondioksida , metana, nitrogen dioksida, sulfur hexaflourida, senyawa hidroflourida (HFC) dan perfluorokarbon (PFC).
0 komentar:
Post a Comment